TeknoLimit.Id – Kritik pedas telah menjadi makanan sehari-hari Park Hye-min ketika kapabilitasnya sebagai outside hitter Daejeon JungKwanJang Red Sparks tak memenuhi ekspektasi publik.
Apalagi ketika kemudian dia dibandingkan dengan mantan kapten Red Sparks, Lee So-young, yang jauh lebih berpengalaman.
Kembalinya Lee So-young yang sekaligus menandai kebangkitan Red Force pada paruh musim lalu membuat publik lupa dengan Park Hye-min yang kebetulan sedang naik turun.
Lee berhasil mengembalikan kestabilan Red Sparks dengan kemampuan serangan dan, utamanya, penerimaan bola yang apik.
Akhirnya, latihan keras yang dijalani pada persiapan pramusim bak mengkhianati Park Hye-min ketika semuanya tidak berjalan sesuai harapan dia.
Setelah performa kuat pada putaran pertama, pemain kelahiran 8 November 2000 tersebut justru tertekan secara mental saat level permainannya mulai fluktuatif.
“Ada banyak pikiran negatif seperti ‘Saya sudah bekerja keras tetapi masih tidak berhasil’. Saya sangat tertekan secara psikologis.”
Park Hye-min menangkalnya dari dirinya sendiri.
Wallpaper telepon genggamnya memuat berbagai petuah, salah satunya agar seseorang tidak terlalu mengambil hati kritik orang lain karena penilaian yang obyektif itu mustahil.
Selain itu Park Hye-min menyemangati dirinya sendiri dengan membaca buku serta tersenyum di depan cermin setelah bangun untuk menjaga suasana hatinya tetap positif.
Park juga berterima kasih kepada pelatih Red Sparks, Ko Hee-jin, juga ikut membantu. Ada satu kalimat yang membuatnya sadar dan bangkit dari keterpurukan.
“Sebagai atlet profesional, wajar jika dikritik ketika Anda tidak bisa bermain dengan bagus. Tapi menurut saya, saya yang terlalu cemas dan terpaku dengan hal ini,” tutur Park.
“Dan di antara kalimat yang pelatih kirimkan kepada saya, ada satu kalimat yang membuat saya tersadar, yaitu ‘Sebuah mahakarya tidak tercipta hanya dari ulasan positif’.”
“Pelatih juga bllang ‘Terimalah kritik keras dan hati-hati terhadap pujian’, yang mana itu sangat membantu dalam menenangkan diri saya,” katanya lagi.
Selain dari kata-kata sang pelatih, hubungan baik dengan sesama pemain Red Sparks juga jadi kunci mengapa Park mampu bertahan di tengah situasi sulitnya.
Terutama dengan dua pemain middle blocker, Jeong Ho-young dan Park Eun-jin, yang notabene merupakan teman sekamarnya.
Di sisi lain, Park Hye-min pun menyadari peran dia pada Liga Voli Korea musim depan akan jauh lebih berat setelah Lee So-young pergi.
Persaingan di posisi outside hitter juga tetap panas dengan masuknya pemain berpengalaman lainnya yaitu Pyo Seung-ju dari Hwaseong IBK Altos.
Park juga akan bersaing dengan Kim Se-in dan Lee Seon-woo. Namun, dia punya tekad lebih kuat untuk memenangkan posisinya di skuad utama.
“Saya pemain profesional, jadi persaingan itu wajar. Persaingan juga penting,” kata Hye-min.
“Saya belum pernah bermain satu musim penuh dengan performa dan mentalitas yang konsisten jadi saya ingin fokus menjaga performa saya musim ini.”
“Saya berlatih dengan keras dan menantikan kemajuan saya. Saya akan menunjukkan sisi yang lebih baik kepada penggemar saya di musim baru,” ujarnya bertekad.
Dorongan kuat itu tidak lepas dari fakta setelah Hye-min menyadari bahwa dia bahwa dia punya cukup banyak penggemar di luar Korea setelah datang ke Indonesia.
“Saya pikir ini adalah pertama kalinya saya mendengar bahwa saya menjadi panutan seseorang,” kata Hye-min.
“Saya merasakan tanggung jawab untuk tampil lebih baik ke depannya.”
“Dan karena saya mendapat kesempatan berharga setelah memperbarui kontrak saya, saya akan bekerja keras mempersiapkan musim baru untuk memenuhi ekspektasi,” ujarnya.